Tuesday, May 29, 2012

KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA

Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup
pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia
prasejarah atau Prehistoric people. Manusia purba diperkirakan
telah ada di bumi sejak 4 juta tahun yang lalu.
Manusia purba memiliki volume otak yang lebih kecil daripada
manusia modern sekarang. Cara berpikirnya pun masih
sederhana dan primitif. Serta hidupnya pun berkelompok. Tempat
tinggal mereka adalah gua-gua dan pepohonan yang tinggi guna
terhindari dari serangan binatang buas. Jadi, mereka belum memiliki
tempat tinggal permanen; dengan kata lain: mereka hidup
berpindah-pindah (nomaden)
Untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, mereka biasa
memakan buah-buahan dan tetumbuhan yang disediakan alam.
Untuk dapat memakan daging, mereka berburu binatang dengan
menggunakan perkakas dari batu. Batu ini pun dipergunakan
untuk keperluan ritual keagamaan, seperti membuat dolmen,
menhir, sarkofagus, dan punden berundak-undak. Oleh karena
itu, masa ini disebut juga dengan manusia Zaman Batu.
Namun, karena tuntutan hidup makin banyak dan populasi
bertambah, manusia purba pun harus pandai-pandai beradaptasi
dengan alam-lingkungannya. Perkakas-perkakas untuk memenuhi

kebutuhan hidup, mengalami perkembangan. Bentuk yang tadinya
sederhana lambat-laun mengalami perubahan: makin halus
dan efektif. Cara memperoleh makanan yang semula hanya mengandalkan
makanan dari alam, berubah setelah mereka mengenal
api. Pada masa neolitikum, mereka mulai bercocok tanam. Dan
pada masa perunggu, mereka telah pandai mengecor logam (yang
sebelumnya menggunakan tanah liat) untuk dibentuk menjadi
alat-alat seperti arca, alat-alat tajam, perhiasan.


1. Jenis Manusia Purba di Indonesia
Seperti telah dibahas di atas bahwa di Indonesia banyak ditemukan
fosil tengkorak dan tulang-belulang manusia purba. Manusia purba
yang pernah hidup di Kepulauan Indonesia ini banyak jenisnya.
Masing-masing mewakili zaman di mana ia hidup.


a. Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba jenis ini hidup pada masa paleolitikum. Meganthropus
paleojavanicus artinya manusia-Jawa purba yang bertubuh
besar (mega). Manusia purba ini diyakini merupakan makhluk
tertua yang pernah hidup di Pulau Jawa. Mereka diperkirakan
hidup sekitar 1–2 juta tahun yang lalu. Fosil rahang bawah dan
rahang atas manusia purba ini ditemukan oleh Von Koenigswalg
di Sangiran pada tahun 1936 dan 1941. Von Koenigswalg menemukan
bahwa Meganthropus ini memiliki rahang bawah yang
tegap dan geraham yang besar, tulang pipi tebal, tonjolan kening
yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta
sendi-sendi yang besar. Melihat kondisi fisiknya disimpulkan
bahwa Meganthropus ini pemakan tumbuh-tumbuhan.


b. Pithecanthropus

Pithecanthropus artinya manusia kera, hidup di zaman Paleolitikum.
Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois
pada tahun 1891, yakni bagian rahang, gigi dan sebagian tulang
tengkorak. Manusia kera ini berjalan tegak dengan dua kaki,
dan diperkirakan hidup pada 700.000 tahun yang lalu. Dubois
menemukan fosil Pithecanthropus di Trinil daerah Ngawi pada saat
Sungai Bengawan Solo sedang kering, kemudian fosil tersebut
dinamai Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan
tegak. Sekarang, nama ilmiah manusia purba Pithecanthropus
erectus dikenal dengan nama Homo erectus. Pithecanthropus
memiliki ciri-ciri tinggi badan antara 165-180 cm, volume otak
antara 750-1300 cc dan berat badan 80-100 kg.
Dalam beberapa sumber penelitian diperkirakan Pithecanthropus
adalah manusia purba yang pertama kalinya mengenal
api sehingga terjadi perubahan pola memperoleh makanan yang
semula mengandalkan makanan dari alam menjadi pola berburu
dan menangkap ikan.
Peralatan yang telah ditemukan pada tahun 1935 oleh Von
Koenigswalg di daerah Pacitan tepatnya di daerah Punung adalah
kapak genggam atau chopper (alat penetak) dan kapak perimbas.
Kapak genggam dan kapak perimbas sangat cocok digunakan
untuk berburu. Manusia purba yang menggunakan kapak genggam
hampir merata di seluruh Indonesia, di antaranya di Pacitan,
Sukabumi, Ciamis, Gombong, Lahat, Bengkulu, Bali, Flores dan
Timor. Di daerah Ngandong dan Sidoarjo ditemukan pula alatalat
dari tulang, batu dan tanduk rusa dalam bentuk mata panah,
tombak, pisau dan belati. Di dekat Sangiran ditemukan alat-alat
berukuran kecil yang terbuat dari batu-batu indah yang bernama
flakes (serpihan).
Manusia kera (Pithecanthropus) jenis lain yang berhasil ditemukan
antara lain:


(1) Pithecanthropus mojokertensis atau manusia kera dari Mojokerto,
ditemukan di daerah Perning, Mojokerto, pada 1936
– 1941 oleh Von Keonigswalg. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorak anak-anak berusia sekitar 6 tahun. Walaupun ditemukan
lebih muda dari Pithecanthropus erectus oleh Dubois,
fosil Pithecanthropus mojokertensis ditafsir merupakan jenis
manusia purba yang lebih tua usianya dibandingkan dengan
yang lain.


(2) Pithecanthropus soloensis atau manusia kera dari Solo, ditemukan
di daerah Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo,
antara tahun 1931-1934. Fosil penemuan Von Keonigswalg
dan Weidenreich ini berupa 11 buah fosil tengkorak, tulang
rahang, dan gigi.Fosil pithecanthropus ditemukan pula di Cina, tepatnya di
gua Chou-ku-tien dekat Beijing. Fosil ini ditemukan oleh ilmuwan
Cina, Pei Wen-Chung, dan fosil itu dinamai Sinanthropus
Pekinensis. Sinanthropus pun mempergunakan perkakas batu yang
sejenis dengan perkakas batu dari Pacitan.


c. Homo sapiens
Homo sapiens merupakan manusia purba modern yang memiliki
bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Homo sapiens
disebut pula manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup
tinggi. Dibandingkan dengan manusia purba sebelumnya, Homo
sapiens lebih banyak meninggalkan benda-benda berbudaya. Diduga,
mereka inilah yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa
di dunia.
Fosil Homo sapiens di Indonesia ditemukan di Wajak, dekat
Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von Rietschoten pada tahun 1889.
Fosil ini merupakan fosil pertama yang ditemukan di Indonesia,
yang diberi nama Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak.
Fosil ini kemudian diteliti ulang oleh Eugene Dubois. Manusia
purba ini memiliki tinggi badan 130-210 cm, berat badan 30-150
kg, dan volume otak 1350-1450 cc. Homo Wajakensis diperkirakan
hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo Wajakensis
memiliki persamaan dengan orang Australia purba (Austroloid).
Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang bawah,
dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip dengan
manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai
dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia.
Di Asia Tenggara ditemukan pula manusia purba jenis ini di
antaranya di Serawak, Filipina, dan Cina Selatan.
Berdasarkan penemuan-penemuan fosil tersebut, timbul pertanyaan
yang mendasar: apakah Homo sapiens (manusia modern,
seperti kita) merupakan kelanjutan dari manusia Pithecanthropus
(manusia kera)? Apakah keduanya masih dalam satu spesies
yang sama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa dijawab
oleh para ahli karena tidak adanya mata rantai yang dapat menghubungkan
”benang merah” antarkeduanya. Sedangkan agama
monotheis (Islam, Kristen, Yahudi) menyatakan bahwa manusia
(homo sapiens) merupakan keturunan Nabi Adam dan tidak ada
sangkut pautnya dengan manusia purba manapun.


2. Jenis Manusia Purba di Luar Indonesia
Selain di Indonesia, fosil manusia purba juga ditemukan di luar Indonesia.
Fosil manusia purba di luar Indonesia sebagai berikut:
a. Sinanthropus Pekinensis.
Fosil ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun
1927 di gua−gua dekat Chou−Kou−Tien ± 60 km di sebelah Barat Daya kota Peking. Hasil penemuan menunjukkan adanya
persamaan-persamaan dengan Pithecanthropus Erectus
b. Homo Africanus (Homo Rhodesiensis)
Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada
tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia (Zimbabwe).
c. Australopithecus Africanus
Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung,
dekat Vryburg, Afrika Selatan.
d. Homo Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr. Schoetensack di desa Mauer dekat kota
Heidelberg (Jerman).
e. Homo Neanderthalensis
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lembah
Sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman tahun 1956.
Ciri−ciri manusia purba ini mendekati ciri−ciri Homo Wajakensis.
f. Homo Cro Magnon (Ras Cro - Magnon)
Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies,
sebelah Barat Daya Perancis tahun 1868.

3 comments:

Info Lainnya