Pada musim kemarau, hujan selalu ditunggu-tunggu kedatangannya
karena akan membasahi Bumi dan menumbuhkan vegetasi. Hujan
yang turun menambah persediaan air tanah setelah meresap ke dalam
tanah.
Hujan
Kamu pasti pernah kehujanan.
Dalam meteorologi, istilah hujan dibatasi
hanya untuk tetes air yang
jatuh dari angkasa dan memiliki diameter
paling kecil 0,5 mm (0,002
inci). Kebanyakan hujan berasal awan
nimbostratus atau cumulonimbus.
Awan nimbostratus dapat menimbulkan
curah hujan lebat yang dikenal
dengan cloudbursts atau awan
ledakan.
Tetes hujan jarang berdiameter
lebih dari 5 mm (0,2 inci). Jika
melebihi 5 mm, butiran hujan akan
pecah menjadi butiran yang lebih kecil. Mengapa? Karena adanya tegangan
permukaan (surface tention) yang menahan butiran-butiran hujan. Pada
saat jatuh, butiran-butiran hujan bergesekan dengan udara. Akibatnya,
butiran hujan berukuran besar pecah menjadi butiran yang lebih kecil.
Butiran hujan halus memiliki diameter kurang dari 0,5 mm (0,002 inci)
yang disebut drizzle. Drizzle dapat berukuran begitu kecil sehingga
melayang di udara dan hampir tidak dapat dilihat. Drizzle dan butiran hujan
kecil umumnya berasal dari awan stratus atau nimbostratus dan terjadi
pada saat hujan selama beberapa jam. Jarang terjadi pada hujan yang
berlangsung seharian.
a. Proses Terjadinya Hujan
Hujan terjadi karena ada penguapan air dari permukaan Bumi
seperti laut, danau, sungai, tanah, dan tanaman. Pada suhu udara
tertentu, uap air mengalami proses pendinginan yang disebut
dengan kondensasi. Selama kondensasi berlangsung uap air yang
berbentuk gas berubah menjadi titik-titik air kecil yang melayang
di angkasa. Kemudian, jutaan titik-titik air saling bergabung
membentuk awan. Ketika gabungan titik-titik air ini menjadi besar
dan berat maka akan jatuh ke permukaan Bumi. Proses ini disebut
dengan presipitasi atau hujan.
Apakah ukuran butir-butir hujan sama? Hujan
memiliki ukuran butir yang berbeda-beda. Berdasarkan
ukuran butirannya, hujan dibedakan sebagai berikut.
1) Hujan gerimis (drizzle), diameter butir-butir air
hasil kondensasi kurang dari 0,5 mm.
2) Hujan salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es
dengan suhu udara berada di bawah titik beku.
3) Hujan batu es, merupakan curahan batu es yang
turun di dalam uap panas dari awan dengan suhu
udara di bawah titik beku.
4) Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun
dari awan dengan suhu udara di atas titik beku dan
diameter butirannya kurang lebih 5 mm.
b. Pengukuran Hujan
Jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama
waktu tertentu disebut curah hujan. Untuk mengetahui
besarnya curah hujan digunakan alat yang disebut
penakar hujan (rain gauge). Alat ini terdiri atas corong
dan penampung air hujan. Corong berfungsi mengumpulkan
air hujan dan menyalurkan ke penampung. Air
hujan yang tertampung secara teratur harus dikosongkan
dan jumlahnya diukur menggunakan tabung
penakar. Curah hujan biasanya diukur dalam milimeter
(mm) atau sentimeter (cm).
Jumlah hujan yang sudah diukur kemudian dicatat
untuk berbagai tujuan. Beberapa jenis data hujan dapat
diperoleh dari hasil pengukuran hujan, antara lain:
1) Jumlah curah hujan harian.
Merupakan hasil pengukuran hujan selama 24 jam.
2) Curah hujan bulanan.
Merupakan jumlah total curah hujan harian selama sebulan.
3) Curah hujan tahunan.
Merupakan jumlah total curah hujan harian selama 12 bulan.
No comments:
Post a Comment