Friday, March 23, 2012
Bahan Pewarna
Pewarna Alami
Pewarna alami merupakan pewarna yang diperoleh dari
bahan-bahan alami, baik nabati, hewani, ataupun mineral.
Beberapa pewarna alami yang banyak dikenal masyarakat
misalnya daun suji untuk membuat warna hijau, kunyit
untuk warna kuning, daun jati atau cabai untuk warna
merah, dan gula merah untuk warna coklat. Zat pewarna
alami ini lebih aman digunakan bila dibandingkan dengan
pewarna sintetik. Penggunaan pewarna alami relatif
terbatas, karena adanya beberapa kekurangan antara lain:
· Sering terkesan memberikan rasa khas yang tidak
diinginkan, misalnya kunyit.
· Konsentrasi pigmen rendah, sehingga memerlukan
bahan baku relatif banyak.
· Stabilitas pigmen rendah (umumnya hanya stabil
pada tingkat keasaman/pH tertentu).
· Keseragaman warna kurang baik.
Pewarna oranye, merah dan biru secara alami terdapat
pada buah anggur, stroberi, rasberi, apel, dan bunga. Untuk
memberikan warna kuning, merah, dan oranye dapat
digunakan pewarna yang berasal dari tumbuhan dan hewan,
seperti wortel, tomat, cabai, minyak sawit, jagung, daundaunan,
dan ikan salmon.
Bahan makanan yang sering menggunakan pewarna ini
di antaranya margarin, keju, sup, puding, es krim, dan mi.
Klorofil memberikan warna hijau yang peka terhadap
cahaya dan asam. Korofil diperoleh dari daun-daunan yang
digunakan oleh masyarakat luas sejak dahulu. Kurkumin
merupakan zat warna alami yang terdapat dalam tanaman
kunyit (Zingiberaceae). Zat warna ini dapat digunakan pada
makanan atau minuman yang tidak beralkohol, misalnya
nasi kuning, tahu, temulawak, dan sari buah.
Pewarna Identik Alami
Pewarna identik alami adalah pigmen yang dibuat secara
sintetik tetapi struktur kimianya mirip dengan pewarna
alami. Contohnya, santoxantin (merah), apokaroten (merahoranye),
dan beta-karoten (oranye sampai kuning).
Penggunaan pewarna identik alami hanya boleh dalam
konsentrasi tertentu, kecuali beta karoten yang boleh
digunakan dalam jumlah tidak terbatas.
Pewarna Sintetik
Di negara-negara maju, penggunaan pewarna sintetik
untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat demi
keselamatan konsumen. Pewarna yang telah melewati
pengujian-pengujian tersebut dan yang diijinkan
pemakaiannya untuk makanan dinamakan permitted colour
atau certified colour.
Beberapa kelebihan pewarna sintetik antara lain,
warnanya seragam, tajam, mengembalikan warna asli yang
mungkin hilang selama proses pengolahan, melindungi zatzat
vitamin yang peka terhadap cahaya selama
penyimpanan, dan hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik,
sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan.
Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk
makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat pewarna
tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat,
seperti: arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment